Selasa, 07 Juni 2011

Modus Operandi LDII yang bikin sesat

Mengutip dari sebuah omongan di salah satu blog:
Mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka sacara rutin, agar Islamnya benar (menurut mereka). Kalau sudah masuk maka diberi ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Hanya jama’ah mereka lah yang benar. Kalau menyelisihi maka masuk neraka, tidak taat amir pun masuk neraka dan
sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran semacam itu harus ditebus dengan duit. Daripada masuk neraka maka para korban lebih baik menebusnya dengan duit.
  
Mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka sacara rutin, agar Islamnya benar (menurut mereka)...
Diajak ngaji itu kan bagus? apalagi ngajinya rutin. Semakin banyak ngaji akan semakin ngerti dan semakin pahan kepada agamanya. Sehingga tahu dengan sendirinya apakah dirinya sesat atau tidak?
"TOLABUL 'ILMU FARIDHOTUN 'ALAA KULLI MUSLIMIIN"
Mencari Ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam.
Warga LDII paham betul tentang dalil diatas. Mereka menjadwalkan kegiatan ngaji kebanyakan 2 kali dalam seminggu.  Materinya langsung membuka Al-Qur'an dan Al-Hadits (2 kitab yang mutlak di pelajari oleh setiap orang Islam). Di artikan, di terangkan dan contohkan prakteknya. Baik yang ngajar atau yang diajar semua yang ikut ngaji memegang Kitabnya, Kitab Qur'an dan Kitab Hadits.
Dan sebenarnya, kegiatan pengajian seperti itu SANGAT TERBUKA UNTUK UMUM. Pintu masjid terbuka lebar, pengeras suara juga ada, kalau memang malu atau riskan masuk kedalam masjid, bisa duduk di teras masjid dan mendengarkan pengajian LDII itu. Tapi saya juga yakin semua orang tidak terlalu senang dengan kegiatan pengajian. Baik itu pengajianya LDII atau pengajian umum lainya. Kebanyakan orang lebih suka duduk-duduk di warung atau gardu pos ronda, walaupun pada saat yang sama ada ustad yang sedang ceramah pengajian di musola yang tidak jauh dari tempat ngobrol mereka.
Pernah saya coba iseng menyapa orang yang sedang nongkrong-nongkrong : 
"Ayo, ngaji dulu buat bekal kita mati" 
Jawaban mereka adalah :
" Nggak ah, sana duluan, saya nyusul besok saja"
Atau seringkali saya dengar jawaban :
"Saya sih sebenarnya sangat ingin sekali ngaji di LDII, tapi repotnya itu lho, nggak bisa ditinggal"
Nah, di LDII bisa eksis ngaji 2 kali dalam 1 minggu, bukankah itu hal yang baik atau sangat baik? Kalau tahu itu baik mengapa itu dikatakan modus? Modus kan konotasinya jelek. Kalau diajak ngaji secara rutin dikatakan modus, apa gak keliru? 
Lalu kapan ngajinya kalau diajak selalu saja banyak alasan untuk menolak. Kapan tahu Qur'an dan Hadits kalau kerjaanya cuma nongkrong2 dan kapan kita bisa tahu dosa dan pahala untuk bekal manghadapi kamatian dan mengahdapi alam Akhirat?
Kalau memang yang mereka (warga LDII) dikaji itu adalah Qur'an Hadis, berarti kata-kata 'Islamnya benar (menurut mereka)' itu an sah-sah saja. Karena mereka (warga LDII) yang di kaji adalah Qur'an dan Hadis, rutin 2 kali seminggu.
Coba bandingkan dengan kebanyakan umat Islam, ada yang ngajinya 3 kali dalam setahun, yaitu ketika Nuzulul Qur'an, Isro' Mi'roj, Maulid Nabi. Mungkin ada juga yang sholatnya 2 kali setahun, yaitu Lebaran dan Hari Raya Qurban. Sedangkan warga LDII seluruhnya mengamalkan dalil "MENCARI ILMU ITU WAJIB BAGI SETIAP ORANG ISLAM". Dan prakteknya anda bisa lihat sendiri, 2 kali dalam seminggu warga LDII yang KAKEK2, ANAK2, KAYA, MISKIN, REPOT, LONGGAR, BISNISMAN. PNS, PENGANGGURAN, YANG CACAT DSB, semua berduyun-duyun mendatangi pengajian rutin. 
Nah...kalau sudah begini apakah masih juga bilang LDII SESAT?

Kalau sudah masuk maka diberi ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits,....
Apakah ada umat Islam ibadah berdsarkan selain Hadis? Tentu saja sebagai umat Islam ibadah itu wajib berdasarkan Hadis. Umat kristen ibadah itu wajib berdasarkan Injil dst. Kalau umat Islam ibadah berdasarkan Injil itu baru namanya sesat. 
Contohnya termasuk Sholat juga wajib tahu dasarnya. Cara mengangkat tangan, cara ruku', cara mengacungkan jari ketika tahyat, cara duduk tahyat dll, semua sangat terinci dalam Hadis? Dan setiap orang Islam wajib mengetahui dasar dalail semua amalan ibadahnya. Dan orang Islam tidak boleh praktek mengerjakan amalan ibadah hanya dengan melihat atau katanya-katanya lalu di praktekan.
Jadi apakah salah kalau ada orang yang masuk pengajian LDII lalu diberi ajaran tentang sholat dan sebagainya berdasarkan hadits? Tegakah anda mencap LDII sesat bila ada orang yang masuk pengajian LDII lalu diberi ajaran tentang sholat dan sebagainya berdasarkan hadits? 


lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Hanya jama’ah mereka lah yang benar. Kalau menyelisihi maka masuk neraka, tidak taat amir pun masuk neraka....
Waduh kalau yang ini nih, baiknya langsung saja datang klarifikasi kepada para pengurus LDII di daerah anda masing-masing. Saya sendiri masih harus menghapal lagi. Atau langsung datang ke Pondok LDII biar bisa ikut memperdalam mengaji Qur'an Hadis bersama-sama.

Pelanggaran-pelanggaran semacam itu harus ditebus dengan duit. Daripada masuk neraka maka para korban lebih baik menebusnya dengan duit.
Kalau ini kurang lebihnya begini...itu kan namanya kafaroh.....
Contohnya dalam hadis ada disebutkan kalau ada orang yang membunuh orang lain harus di qisos. Atau juga bisa saja keluarganya mengampuni dengan jalan si pembunuh membayar 100 ekor unta kepada pihak keluarga. Tapi apak di Indonesis bisa dilaksanakan? jawabnya adalah tidak bisa, karena Indonesia negara Pancasila.
Atau contoh lagi, ada muslim yang punya kesalahan memecahkan lampu sepeda motor milik muslim lain, maka yang punya sepeda motor berhak meminta ganti rugi.
Atau contoh juga dalam hadis. Ada sahabat nabi yang melanggar berupa bersetubuh dengan istrinya ketika siang hari di bulan Romadon. Maka sebagai kafaroh Nabi memberi 3 pilihan :
1. Puasa 2 bulan  berturut-turut
2. Memerdekan budak
3. Memberi makan kepada 60 orang miskin. 

Sebenarnya, kalau SETIAP ORANG ISLAM mau mengkaji QUR'AN dan HADIS maka akan tahu hukum-hukum yang sebenarnya ada dalam kedua kitab itu, tapi karena gak mau mengkaji Qur'an Hadis, maka ketika di perdengarkan hukum itu, maka spontan mereka belum mau menerimanya. Malah kadang-kadang menganggap hukum itu bukan dari Qur'an Hadis. 
Sayangnya kalau diajak ngaji, mereka memilih untuk ngopi da nongkrong-nongkrong untuk menghabiskan waktu.
Tapi ngomong-ngomong aku sendiri juga senang kok nongkrong di warung tetangga. Ngopi dan cerita kesana kemari....