Selasa, 03 April 2012

TERSESAT KE LDII


Ini adalah cerita pengalamanku mengapa sampai aku 'tersesat ke rimba' ldii dan tak bisa kembali keluar lagi dari rimba itu. 
Bapak Marzuki Ali memberi pengarahan kepada warga LDII yang katanya di anggap sesat. Untuk melihat Video pidato beliau dapat klik disini.
Ketika balita dan seumur SD Emak getol dan semangat sekali memberi gambaran kematian padaku. Nak, besok semua oranga akan mati. Kalau mati ketemu malaikat... dst. Mungkin karena itu aku agak takut mati
dan rada sregep sembahyang bersama Emak. Tapi terkadang sering bolong juga sembahyangku. Sampai saat MTs (Setingkat) SMP, aku sering cari dan baca buku agama, komik kiamat, buku khotbah, mujarobat dan bacaan agama yang lain. 
Dibanding teman-teman kampung, kegiatan agamaku boleh dibilang lebih sregep dikit. Di kampungku ada Jama'ah Barzanji (Membaca sejarah nabi sambil di Syairkan), Ada Tahlil dan lain-lain. Kalau ada orang mati,
aku ikut membaca yasin ketika sedang sekarat, memandikan mbantu Pak Kayim (pak Modin), mbagi kartu kematian, ngambil bangku untuk pelayat, ngitung duit sumbangan sampai masuk ke liang lihat... (Wah..wah.. sregep temen deneng)
Waktu itu sama sekali gak kenal apa itu LDII. Dengar suaranyapun gak pernah, apalagi orangnya. 

Inilah awal mula aku penasaran dengan LDII. Sejak Mulai SMP kelas 3 aku sudah 'dipaksa' Bapaku untuk membantu mengantarkan susu sapi segar kepada para pelanggan. Aku sering sekali gonta ganti pekerjaan. Diantaranya yang pernah ku jalani adalah Tukang Sol Sepatu, Cleaning Service dll. Sampai umurku mulai menginjak sekitar 20 tahun, Juragan Susu tempatku kerja akan pindah kantor.
Aku ikut membantu 'usung-usung' sampai selesai. Ketika hampir maghrib pekerjaan usung-usung sudah mulai selesai dan saya mulai istirahat. Saya cari tempat sholat. Nanya-nanya ke tetangga sebelah. Ternyata nemu musolla kecil dan jelek. Saya kira Musolla itu sudah gak dipakai. Maghrib dan Isya' saya sholat disitu. Tetap saja sepi, kosong gak ada orang.

Besoknya saya sholat lagi di musholla itu. Ternyata keadaannya lain dengan hari kemarin. Orangnya 'madan akeh' (agak banyak). Ternyata habis sholat mereka tidak bubar, tapi dilanjutkan dengan pengajian. Dikampung aku sering juga mendatangi majelis ta'lim, pengajian umum dl. Makanya aku tidak segera pergi. Aku ikut duduk dan mendengarkan si Penyampai ngomong menjelaskan materinya. Sekali lagi aku gak tahu kalau mereka adalah jama'ah LDII.
Kudengarkan kok terasa unik atau aneh atau nyeleneh. Tapi rasanya kok juga enak di telinga. Karena belum pernah kutemukan ngaji dengan materi semacam itu. Ternyata si Penyampai tadi memegang Al-Qur'an. Dibaca, dimaknai (diterjemahkan) di terangkan. Aku juga lihat hampir semua jama'ah itu memegang Al-Qur'an dan pulpen. Mereka menulisi makna / terjemah di dalam Qur'an mereka. Dalam hatiku agak protes :" Mengapa Qur'an kok di corat-coret?". 
Aku mencoba mengikuti sampai selesai. Si Penyampai kurang lebih bilang: "Oke..sekarang setelah Qur'an dikaji, kini giliran Al-Hadits nya kita kaji...silahkan dibuka Hadisnya masing-masing".
Aku agak tertegun bercampur hati ini rasanya 'Mak Plong', rasanya nyaman. Aku teringat buku-buku yang pernah aku baca yang bagiku kadang bahasanya terlalu tinggi, susah dimengerti. Maklum mungkin karena aku tidak berpendidikan tinggi jadi bahasa yang tinggi-tinggi susah kumengerti.
Ketika aku ikuti terus acara itu rasanya belum apa-apa sudah mulai menyukai. Baris demi baris Hadis itu dibaca dan terus aku ikuti. Akhirnya aku punya kesimpulan, mungkin bahan bacaan inilah yang cocok buat saya. Penjelasan tidak terlalu banyak, tidak menggak-menggok dan langsung ada Hadis atau Ayatnya yang dibaca. Mungkin kalau aku bilang itu adalah "Mendasar".

Aku pulang kerumah. 
Dengan semangat aku ajak Adiku, Temanku, Tetanggaku, Bapaku, Emaku, Pak Lik-ku, Pacarnya Adiku, Mbahku, Sepupuku dll.
Suatu saat aku tanya pada si Penyampai kurang lebih begini: "Mas, pengajian ini ikut Muhammadiyah apa NU"
Tampaknya dia masih riskan menjawab. Gak tahu apa alasanya, hanya dia berkata: "Apalah arti sebuah nama". 
Mungkin maksudnya yang aku tangkap 'Nama Itu Gak Penting'
Tapi akhirnya aku tahu dan tersadar, bahwa aku baru saja masuk dan tersesat di dalam Rimba LDII yang terkesan menyeramkan. Tapi sama sekali aku belum tahu tentang seramnya rimba LDII. Aku cuma tahu semua sama, semua saya ikuti.Ya...semua sama, dan semua kuikuti.  Tapi beberapa waktu setelah aku rutin duduk mendengarkan Si Penyampai yang telaten menyampaikan isi Al-Qur'an dan Al-Hadis pikiranku dan hatiku berubah.
Hari berganti hari bualn dan tahun, tak terasa aku semakin jauh masuk kedalam Rimba LDII. Barulah suatu saat aku dengar 'Jangan sekali-kali masuk kesitu, karena tidak bisa kembali.' Ya betul sekali...itulah yang saya alami. Dan suara-suara diluar rimba sana yang selalu menderu melewati udara rimba yang rindang ini, sama sekali tidak berpengaruh padaku. Yang katanya ini, itu, anu ternyata belum pernah aku temukan dan alami....
Itulah pengalamanku....
Mudahan-mudahan bermanfaat....
dan Barokah....
Aamiin....